Terdengar tepuk tangan meriah penuh kehangatan setiap awal tahun ajaran baru di Tokyo International University (TIU). Pada upacara penerimaan mahasiswa tahun ajaran baru kali ini pun mahasiswa baru disambut bunga-bunga Sakura yang bermekaran dalam lingkungan kampus serta senyum hangat para senior.


Tahun lalu, ada sekitar 1751 mahasiswa S-1 dan 65 mahasiswa untuk program S-2 yang bergabung di TIU. Saat ini, universitas yang berdiri sejak tahun 1965 itu memiliki total 6.000 mahasiswa dengan lebih dari 700 mahasiswa asing dari 30 negara di antaranya Amerika, Perancis, Nepal, dan masih banyak lagi.

Mengusung filosofi "Mendidik Manusia Berpandangan Internasional", sejak April 2014 TIU membuka English Track Program (E-Track Program). Program ini dipercaya dapat menghapus batasan dan kesulitan kuliah memakai bahasa Jepang bagi pelajar internasional.

"Melalui E-Track Program semua mata kuliah dapat diambil dalam bahasa Inggris. Untuk saat ini kami menyediakan dua jurusan yang dapat dipilih, Ekonomi Bisnis dan Hubungan Internasional," ujar profesor bidang politik internasional Tokyo International University (TIU), Akitoshi Miyashita, Jumat (17/4/2015). 

Dia mengatakan, meskipun menggunakan bahasa Inggris, para pelajar tidak perlu takut kehilangan kesempatan belajar kebudayaan Jepang. Pelajar yang terdaftar dalam E-Track Program akan tetap mendapatkan kelas bahasa Jepang serta Japan Studies. 

Mereka akan diajarkan kebudayaan, sejarah, dan berbagai hal mengenai Negara asal Doraemon itu. Kedua hal tersebut diberikan sebagai varian mata kuliah sehingga mahasiswa bisa mempelajari berbagai hal. 

Untuk mendukung E-Track Program, TIU bekerja sama dengan Willamette University, salah satu kampus seni terkemuka di Amerika, untuk mendatangkan dosen tamu. Selain itu, ada program pertukaran pelajar yang memberikan dual degree untuk mahasiswa. 

"Kami mengundang para pelajar merasakan menuntut ilmu dalam sistem yang memiliki beragam nilai dan membawa mereka berkembang sebagai profesional tingkat dunia," ujar Miyashita. 

Dok Fuji Staff/Tokyo International University (TIU)
Saat ini, Tokyo International University (TIU), yang berdiri sejak 1965 itu, memiliki total 6.000 mahasiswa dengan lebih dari 700 mahasiswa asing dari 30 negara di antaranya Amerika, Perancis, Nepal, dan masih banyak lagi
Khusus untuk mahasiswa E-Track, ada pengurangan biaya mata kuliah (tuition reduction) mulai 30 persen, 50 persen, 80 persen hingga 100 persen. Beasiswa ini diberikan sesuai prestasi dan kemampuan akademik pelajar. Permohonan untuk beasiswa dapat diajukan bersamaan dengan ujian masuk. 

"Tidak perlu menunggu lama, pengumuman beasiswa akan diberikan bersamaan dengan pengumuman kelulusan. Beasiswa ini berlaku selama empat tahun, asalkan penerima beasiswa dapat mempertahankan prestasi yang dimilikinya," ujar Miyashita.

Ujian masuk gelombang ketiga E-Track musim semi 2015 akan dilaksanakan pada Jumat, 24 April hingga Jumat, 8 Mei 2015. Hanya melalui seleksi dokumen, pelajar dapat mendaftar ujian masuk sekaligus beasiswa E-Track. 

Adapun dokumen yang harus diserahkan mencakup satu essai dengan bahasa Inggris, sertifikat kemampuan berbahasa Inggris, seperti IELTS (minimal skor 5,5), TOEFL IBT (minimal skor 61) atau TOEIC (minimal skor 700), dan sebagainya dapat diunduh pada panduan pendaftaran dihttp://www.tiu.ac.jp/english/etrack/asset/docs/application_guideline_2015.pdf.

Bagi mahasiswa yang berminat, pendaftaran online dapat dilakukan melalui https://tiu.applyjapan.com/. Unduh juga pamflet berisi keterangan mengenai kampus TIU, kurikulum, dan kegiatan lainnya dihttp://www.tiu.ac.jp/english/etrack/asset/docs/etrack_school_Brochure.pdf.

-


Beberapa tahun ini peningkatan pelajar yang bersekolah ke Tiongkok meningkat pesat. Tiongkok menjadi alternatif baru bagi pelajar untuk melanjutkan pendidikannya. Mengapa sekolah ke Tiongkok menjadi pilihan menarik?
  1. Tiongkok adalah negara terpadat penduduknya. Ekonominya saat ini adalah kedua terbesar didunia setelah USA. Ekspor Tiongkok merajai dunia, setiap hari kehidupan kita tidak mungkin dipisahkan dengan barang-barang “Made in China”. Dengan begitu besarnya pengaruh perekonomian Tiongkok diseluruh dunia termasuk Indonesia, peluang bisnis/ekonomi yang ditawarkan pun sangat mengiurkan.
  2. Bahasa Mandarin adalah yang sangat penting didunia. Bahasa Mandarin adalah bahasa yang paling banyak dipakai (1.213 juta orang) dibandingkan dengan bahasa Inggris yang hanya 328 juta orang (sumber: Ethonologue, 16th edition). Berarti pemakai bahasa Mandarin jumlahnya 3,7 kali lipat pemakai bahasa Inggris. Jadi jelas dengan menguasai bahasa Mandarin kita dapat berkomunikasi dengan lebih banyak manusia di bumi ini. Language is power!
  3. Biaya pendidikan yang murah tetapi mutu pendidikan yang bagus. Murah tidak berarti murahan. Sekolah di Tiongkok murah karena disubsidi oleh pemerintah Tiongkok (pelajar asing pun disubsidi oleh pemerintah Tiongkok).
  4. Biaya hidup murah. Biaya hidup seperti makan, transport, akomodasi, dll masih lebih terjangkau dibandingkan dengan kota-kota besar di Indonesia.
  5. Tujuan bersekolah bukan hanya ingin mendapatkan ilmu pendidikannya saja, tapi kita pun mengharapkan mendapat sesuatu yang lebih seperti jaringan pertemanan yang akhirnya menjadi jaringan kerja; belajar budaya dan adat istiadat setempat; seluk beluk negara yang kita tinggali selama bersekolah; dll.

Dengan bersekolah di Tiongkok (dengan uang kuliah dan biaya hidup yang tidak berbeda jauh dengan di Indonesia), kita mendapatkan banyak hal yang tidak kita dapatkan jika berkuliah di Indonesia atau di negara lain seperti kemampuan bahasa Mandarin, berkesempatan memulai bisnis sambil bersekolah di sana, teman dari manca negara, dll. Universitas di Tiongkok pun banyak yang menawarkan program kuliah berpengantar bahasa Inggris!
Tak kenal maka tak sayang! Untuk lebih memperkenalkan seluk-beluk pendidikan Tiongkok, Cerdas Bangsa College (CB) kembali menyelenggarakan pameran pendidikan (Study in China Exhibition 2015) yang bertajuk “Study in China: Great Education, Great Business Opportunities!” Acara pameran ini merupakan acara tahunan Cerdas Bangsa College. Kota-kota yang pernah dikunjungi antara lain: Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, Bandung, dan Pekan Baru. Untuk tahun-tahun mendatang, CB akan mengunjungi lebih banyak kota lagi. CB telah berdiri sejak 15 tahun yang lalu dan telah dipercaya oleh ribuan orangtua untuk memberangkatkan putra-putri mereka bersekolah di Tiongkok. Cerdas Bangsa College dipimpin oleh Prof. Maharani Ph.D. (orang Indonesia pertama yang mendapat gelar Doktorat dari Tiongkok).


Beasiswa selalu menjadi peluang menarik bagi pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Tak seperti dulu, semakin terbukanya arus informasi lewat internet kini kian memudahkan para pencari beasiswa itu. 

Tapi, tentu saja, tetap butuh upaya keras untuk meraih beasiswa. Khusus untuk beasiswa di Belanda, calon pelamar harus rajin mengumpulkan informasi. Cari Beasiswa Dulu atau Kampusnya Dulu? Jangan Terbalik!. 

Salah satu caranya adalah laman Nuffic Nesso yang memiliki beragam informasi mengenai pendidikan tinggi di Belanda. Di laman ini tersaji lengkap semua informasi, termasuk program-progran beasiswa yang ditawarkan baik oleh pemerintah Belanda maupun Nuffic Neso Indonesia bersama perguruan-perguruan tinggi di Negeri Kincir Angin itu. 

Beasiswa apa yang ditawarkan? Berikut informasi empat program beasiswa studi paling populer ke Belanda:  
Ada 5 bidang prioritas pada program beasiswa ini, yaitu pengelolaan air, ketahanan pangan, sektor ekonomi, sektor peradilan, dan hak asasi manusia.


Beasiswa StuNed

Studeren in Nederland (StuNed) merupakan program beasiswa yang diberikan oleh pemerintah Belanda untuk untuk mendanai studi pelajar Indonesia untuk gelar master (S-2) atau short course. Ini adalah beasiswa berbasis prestasi yang berfokus pada berbagai faktor keunggulan, mulai akademik, jenjang karir, penghargaan dan prestasi penting lainnya. Dalam setahun, setidaknya tersedia 200 sampai 250 beasiswa penuh yang ditawarkan.

Tahun ini pendaftaran StuNed sudah dibuka dengan batas waktu sampai 15 Maret 2015 untuk program master (S-2) dan 1 Maret 2015 untuk short course. Informasi lebih jauh mengenai StuNed dan program studi di Belanda bisa dilihat diwww.nesoindonesia.or.id/stuned.

Beasiswa StuNed mengharuskan kandidat sedang bekerja dan memiliki pengalaman bekerja minimal dua tahun di instansi terakhir. Kemampuan bahasa Inggris pun harus baik dan dibuktikan dengan skor IELTS min 6 atau internet-based TOEFL 80.

Beasiswa NFP

Beasiswa Netherlands Fellowship Programme (NFP) ditujukan khusus bagi warga negara berkembang di dunia, termasuk Indonesia. Beasiswa yang ditawarkan untuk program S-2, S-3, danshort-course. 

Para pelamar perlu memperhatikan persyaratan berikut ini, yaitu pengalaman bekerja akumulatif minimal 3 tahun. Pelamar juga tidak sedang bekerja di organisasi yang memiliki kemampuan cukup untuk pengembangan staf.

Pendaftaran beasiswa NFP sudah dibuka sejak 4 September 2014. Info lebih lanjut bisa dilihat di http://www.studyinholland.nl/.
Tahun ini program OTS menggandeng 26 institusi pendidikan tinggi di Belanda sebagai mitranya. Permohonan beasiswa ini bisa diajukan ke institusi pendidikan Belanda pilihannya dan Nuffic Neso Indonesia.

Beasiswa OTS


Beasiswa Orange Tulip Scholarship (OTS) merupakan kolaborasi Nuffic Neso Indonesia dengan institusi pendidikan tinggi Belanda dan perusahaan swasta. Jika tahun lalu OTS menyediakan 40 beasiswa dengan total 400.000 Euro untuk kandidat asal Indonesia, thun ini akan ada 39 skema beasiswa berbeda untuk 69 calon penerimanya. Total nilai beasiswa mencapai 713.250 Euro atau sekitar Rp 11,2 miliar lebih. 

Berbeda dengan yang lain, OTS bukan beasiswa bersifat penuh atau skema full tuition fee. OTS hanya menanggung biaya kuliah dan kebutuhan pendukung studi, misalnya buku, tapi bukan untuk biaya hidup. 

Pelamar yang berminat perlu mendaftar terlebih dulu ke universitas di Belanda. Universitas tersebut yang akan menyeleksi langsung. Beasiswa yang didapatkan tergantung skema dari universitas. Penuh atau parsial, semuanya akan bergantung prestasi si mahasiswa.

Beasiswa DIKTI-PhD Special Channel

Beasiswa DIKTI-PhD Special Channel merupakan kerja sama dari DIKTI dan Nuffic Neso Indonesia. Program beasiswa ini bertujuan untuk menyediakan bantuan finansial bagi dosen tetap di lingkungan  Kementerian Riset, Teknologi, dan Dikti (Kemristekdikti) untuk mengikuti program doktoral di Belanda. 

Untuk dapat mengikuti jalur khusus ini, kandidat dari Indonesia harus mendapatkan nominasi dari seorang profesor Belanda. Pendaftarannya dibuka sepanjang tahun oleh DIKTI. 

Setiap awal tahun, DIKTI mengeluarkan panduan beasiswa yang menjadi acuan terutama bagi calon pelamar beasiswa. Bagian penting panduan ini antara lain berupa target kandidat, daftar universitas tujuan, persyaratan melamar beasiswa, jadwal tahunan, serta kriteria seleksi. Prosedur beasiswa mungkin berubah dari tahun ke tahun. 

Sebagai persiapan, calon pelamar dapat mengajukan proposal riset ke universitas yang ditunjuk oleh DIKTI di Belanda, sebagai langkah awal untuk mendapatkan  surat penerimaan yang harus dilampirkan saat melamar beasiswa ini. Informasi lebih lanjut dapat dilihat di http://dikti.go.id/.


Bagaimana landasan dari home schooling?
Landasan home schooling (Muhtadi, 2008 hlm.6) adalah pendidikan pribadi (personalized education) merupakan konsep pendidikan yang memberukan perhatian yang sangat besar pada kedudukan peserta didik. Konsep pendidikan pribadi menurut Nana Syaodih Sukmadinata (Muhtadi, 2008) berlandaskan bahwa sejak lahir anak telah memiliki potensi-potensi, baik potensi untuk berpikir, berbuat, memecahkan masalah, berkomunikasi, berkreasi, membina hubungan-hubungan sosial, maupun potensi dan kecakapan belajar dan berkembang sendiri. Dari pendapat tersebut, maka landasan adanya home schooling adalah anak telah lahir dengan potensinya dan dapat berkembang melalui lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan pertumbuhannya.
Pada intinya, pendidikan pribadi ini lebih menekankan pada penggalian potensi yang ada pada diri anak dengan memberikan pengalaman yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak. Selain itu, pada hakikatnya anak adalah pribadi yang unik dan berbeda satu dengan lainnya. Oleh karena itu, pendidikan pribadi ini memandang kemampuan dan kebutuhan anak tidaklah sama dan perlakuan dalam proses belajar harus sesuai denan kemampuan dan kebutuhan anak. Hal inilah yang kurang terjamah oleh sekolah formal.

Bagaimana Karakteristik  Home Schooling?
Karakteristik yang membedakan home schooling dengan pendidikan informal lainnya menurut Muhtadi (2008), yakni 1) orientasi pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter pribadi dan perkembangan potensi bakat, minat anak secara ilmiah dan spesifik. 2) Kegiatan belajar bisa terjadi secara mandiri, bersama orang tua, tutor dan di dalam suatu komunitas. 3) Orang tua memegang peran utama sebagai guru, motivator, fasilitator, dinamisator, teman diskusi dan teman dialog dalam menentukan kegiatan belajar dan dalam proses kegiatan belajar. 4) Keberadaan guru lebih berfungsi sebagai pembimbing dan pengarah minat anak dalam mata pelajaran yang disukainya. 5) Adanya fleksibilitas pengaturan jadwal kegiatan pembelajaran. 6) Adanya fleksibiltas pengaturan jumlah jam pelajaran untuk setiap materi pelajaran. 7) Pendekatan pembelajaran lebih bersifat personal dan humanis. 8) Proses pembelajaran dilaksanakan kapan saja, bersama siapa saja, dan di mana saja. 9) Memberikan kesempatan anak belajar sesuai minat, kebutuhan, kecepatan dan kecerdasan masing-masing. 10) Tidak ada istilah naik kelas, semua anak bisa naik kelas sesuai kecepatan masing-masing. 11) Evaluasi Ujian Akhir Nasional  bisa dilaksanakan kapan saja sesuai kesiapan masing-masing anak. Untuk Indonesia, evaluasi Ujian Akhir Nasional dapat ditempuh melalui ujian kesetaraan paket A, B, dan C yang dilaksanakan oleh Dirjen PLS.
Berdasarkan karakteristiknya, home schooling ini membutuhkan guru yang benar-benar memahami karakter anak, mungkin sekilas pandangan masyarakat menganggap bahwa home schooling dapat dilakukan oleh orang tua saja. Namun, bagaimana kriteria orang tua yang dibutuhkan anak dalam kegiatan home schooling? Orang tua minimal harus mempunyai banyak waktu untuk mendidik anaknya, selain itu orang tua harus cerdas untuk menyampaikan materi pada anak karena home schoolingbersifat fleksibel dan tidak mempunyai struktur kurikulum yang baku.

Bagaimana Penerapan Home Schooling di Indonesia?
Populernya home schooling di Indonesia, menjadikan salah satu pertimbangan orang tua untuk tidak mengirim anaknya ke sekolah. Secara umum, fenomena berkembangnya home schooling di Indonesia dapat dikategorikan menjadi tiga konteks menurut Muhtadi (2008),  yaitu pertama, fenomena home schooling tumbuh di masyarakat kalangan menengah atas. Keluarga pada kalangan menengah atas memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak yang sangat besar. Orang tua mengharapkan anaknya untuk tumbuh dan berkembang memiliki multiintelegent, dan tidak memandang kemampuan akademik semata. Kedua, yaitu pada konteks keluarga miskin dan sulit mengakses pendidikan formal yang cukup mahal. Munculnya fenomena home schooling ini pada keluarga miskin, bukan karena pemikiran yang mendalam akan kebutuhan pendidikan. Namun, keterbatasan ekonomi untuk dapat menjangkau pendidikan formal.
Ketiga, fenomena home schooling terjadi ketika anaknya memiliki kesibukan yang tinggi, sehingga tidak dapat pergi ke sekolah formal. Biasanya kalangan artis yang melakukannya, terlalu padatnya acara membuat artis yang masih berusia sekolah memilih home schooling, selain tidak teraturnya waktu untuk belajar juga dapat memberikan kenyamanan pribadi dengan home schooling.
Secara umum model pelaksanaan home schooling di Indonesia menurut Muhtadi (2008, hlm.16) dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan oleh orang tua di rumah.lingkungan; b) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dilakukan oleh orang tua dan tutor di rumah dan di dalam komunitas. Biasanya kegiatan di komunitas dilaksanakan 2 kali dalam seminggu; c) Pelaksanaan kegiatan menggunakan sistem campuran: 3 hari di sekolah formal yang mendukunghome schooling (seperti di Morning Star Academy) dan selebihnya di rumah/lingkungan oleh orang tua; dan d)  Pelaksanaan kegiatan pembelajaran bergabung dengan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) dengan tatap muka minimal 5x3 jam per minggu, selebihnya mandiri dan bersama orang tua.
Dalam setiap penyelenggaraan pendidikan yang salah satu pendekatannya menggunakan home schooling, terdapat kelebihan dan kelemahan. Berikut ini beberapa kelebihan home schooling (Rumah inspirasi, 2007) di antaranya, pertama, sesuai kebutuhan anak dan kondisi keluarga. Kedua, Lebih memberikan peluang untuk kemandirian dan kreativitas individual yang tidak didapatkan dalam model sekolah umum. Ketiga, Memaksimalkan potensi anak sejak usia dini, tanpa harus mengikuti standar waktu yang ditetapkan di sekolah. Keempat, Lebih siap untuk terjun di dunia nyata (real world) karena proses pembelajarannya berdasarkan kegiatan sehari-hari yang ada di sekitarnya. Kelima, Kesesuaian pertumbuhan nilai-nilai anak dengan keluarga. Relatif terlindung dari paparan nilai dan pergaulan yang menyimpang (tawuran, drug, konsumerisme, pornografi, mencontek, dsb). Keenam, Kemampuan bergaul dengan orang tua dan yang berbeda umur (vertical socialization).Dan Ketujuh, biaya pendidikan dapat menyesuaikan dengan keadaan orang tua.
Beberapa kelemahan dari home schooling (Rumah inspirasi, 2007) yaitu pertama, butuh komitmen dan keterlibatan tinggi dari orang tua dalam mengadakanhome schooling. Kedua, anak relatif tidak terekspos dengan pergaulan yang heterogen secara sosial. Ketiga, Ada resiko kurangnya kemampuan bekerja dalam tim (team work), organisasi, dan kepemimpinan. Keempat, Perlindungan orang tua dapat memberikan efek samping ketidakmampuan menyelesaikan situasi sosial dan masalah yang kompleks yang tidak terprediksi.
Dari konsep home schooling yang memberikan kebebasan mengenai cara belajar anak dengan pendekatan yang kontekstual dan humanis, dan perhatian yang penuh dari orang tua, menjadikan landasan home schooling ini sangat sesuai dengan perkembangan anak yang membutuhkan perhatian dari orang tua. Home schoolingdapat menjadi salah satu alternatif pendidikan yang dapat diberikan oleh orang tua pada anaknya. Namun, ketika orang tua akan menerapkan home schooling, orang tua harus benar-benar mempersiapkan apa yang akan dituju dalam pendidikan untuk anaknya. Selain itu, belum adanya kurikulum yang baku untuk penyelenggaraan home schooling, menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua yang tetap ingin anaknya belajar home schooling. Pertimbangan lainnya, bagi anak yang memang tidak mau sekolah, home schooling ini menjadi salah satu alternatif untuk anak agar tetap mendapatkan pendidikan yang layak.
Home schooling juga tidak selamanya baik untuk perkembangan anak, ada beberapa aspek perkembangan pada anak yang mungkin saja terhambat. Perkembangan yang dapat terhambat oleh penerapan home schooling pada anak antara lain adalah perkembangan sosial dan emosi. Anak akan kurang bisa bersosialisasi dan beradaptasi di lingkungan yang baru. Anak juga akan kurang meluapkan emosi dan empatinya karena terbatasnya permasalahan dan interaksi dari lingkungan selama ini.
Kembali lagi, inti dari perkembangan anak adalah peran orang tua. Salah mendidik akan menyebabkan perkembangan anak terhambat. Terlalu memberikan kebebasan pada anak atau mengekang anak akan menyebabkan perkembangan emosi anak terganggu. Orang tua yang ideal adalah orang tua yang tahu kebutuhan anak, yang memahami bakat anak dan mengarahkannya untuk kebaikan, tanpa memaksakan kehendak orang tua.

LP3I meraih penghargaan Top Brand dengan kategori Sekolah D3 Siap Kerja. Pengharagaan Top Brand merupakan sebuah penghargaan tertinggi dari pencapaian sebuah merk.
Penghargaan ini merupakan sebuah kebanggan bagi LP3I. Penghargaan pertama bagi LP3I ini menjadi sebuah pemacu semangat dan gairah seluruh civitas akademi LP3I agar bisa bekerja lebih baik lagi.
Tidak hanya memacu untuk menjadi lebih baik, LP3I juga terus menjaga kepercayaan yang diberikan masyaraka. Ini merupakan kado ulang tahun bagi LP3I yang hari ini berulang tahun ke-26.
Dengan penghargaan ini LP3I berharap orang tidak hanya sekedar tahu LP3I. Dan bukan juga hanya sekedar menyandang logo top brand tapi juga terus bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Jangan sampai kepercayaan yang sudah diberikan masyrakat ini berkurang dan justru LP3I akan terus meningkatkannya.
Target kedepan LP3I juga ingin meningkatkan efektifitas lulusannya. Sehingga lulusannya tidak hanya menjadi lulusan yang bisa bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan dalam negeri tapi juga dengan luar negeri. Tahun depan, Isral juga optimis bisa mempertahankan dan mendapatkan lagi penghargaan Top Brand.



LP3I TOP BRAND AWARD 2015
LP3I TOP BRAND AWARD 2015

Saat kita baru saja memulai menimba ilmu di perguruan tinggi, seringkali terbesit keinginan untuk cepat-cepat kerja di perusahaan-perusahaan yang keren dan bergaji besar, seperti BUMN, pertambangan, atau di instansi pemerintahan. Keinginan untuk buru-buru kerja ini mungkin karena adanya tuntutan ekonomi, ingin segera punya uang sendiri, dan keinginan untuk bisa segera membalas budi dan membahagiakan orangtua.
Saat kita masih kuliah, sering kita menganggap bahwa status sudah bekerja itu jauh lebih keren dan menyenangkan. Tetapi saat kita sudah meniti karir sebagai seorang pekerja, tanpa kita sadari kita sering merindukan masa-masa kuliah mereka yang penuh kebebasan.
Di sini kita akan membahas beberapa fase hidup yang kita alami saat kita menyandang status mahasiswa hingga berganti status bekerja. Langsung simak aja yuk!

1. Kamu merasa bahwa status mahasiswa itu lebih dipandang ketimbang status bekerja. Terlebih lagi jika kamu kuliah di universitas bergengsi

Kamu lebih merasa dipandang
Sadar atau tidak, status mahasiswa itu lebih dihormati oleh masyarakat. Terebih lagi dalam pandangan masyarakat di daerah-daerah, seringkali mereka lebih menganggap kalau mahasiswa adalah generasi muda yang pintar, cerdas, dan berpendidikan. Lebih-lebih kalau kuliahnya di universitas favorit, semacam UI, ITB, UGM, ITS, UNPAD, UNAIR, IPB, dll .
Masyarakat: “Kuliahnya dimana, Dek?”
Kamu: “Kuliah di UNPAD, Pak.”
Masyarakat: “Wah, pinter ya. Hebat kamu bisa kuliah di universitas bagus.” 
Kamu: *Senyam-senyum *Padahal semester ini ada 3 mata kuliah yang nilainya D

Bakal berbeda percakapannya kalau kita sudah bekerja, meskipun kita adalah alumni universitas yang cukup bergengsi

Masyarakat: “Kerja dimana, Dek?”
Kamu: “Di PT. Indojaya Suka Makmur, Pak”
Masyarakat: “Itu perusahaan apa ya? Kok nggak terkenal? Bergerak di bidang apa?”
Kamu: *Langsung pura-pura nelepon pacar *Padahal gak punya pacar


2. Tapi jika kamu tergolong mahasiswa angkatan tua, kamu mulai tak nyaman dengan lagi status mahasiswamu. Yang ada di pikiranmu cuma lulus dan kerja!

Kamu mulai tak nyaman dengan status mahasiswamu
Kalau mahasiswa tingkat 1 sampai 4, masih bisa santai dan santai pas ditanya orang-orang sekitar rumah atau teman yang baru kenal. Tapi beda kasusnya kalau status kita adalahi mahasiswa tingkat akhir, dimana kita sedang jatuh bangun menjalani hubungan dengan dosen pembimbing dan terjebak dengan skripsi atau tugas akhir.
Tetangga: “Kuliah dimana sekarang?”
Kamu: “Di UNPAD, Pak.”
Tetangga: “Udah semester berapa?”
Kamu: “Udah semester akhir, Pak.” ( Kamu lebih memilih menggunakan kata “semester akhir” biar gak malu nyebutin semester 11).
Tetangga: “Wah kapan lulusnya?”
Jika dibandingkan antara mahasiswa tingkat akhir dan orang yang udah bekerja, tentu orang yang sudah bekerja bisa dibilang lebih bisa percaya diri menjawab pertanyaan dalam situasi seperti ini. Ya, meskipun orang-orang tak pernah tahu apa jenis pekerjaanmu.

3. Setelah lulus kamu masih harus dihadapkan dengan realita yang sesungguhnya. Menyandang status sarjana tapi belum bekerja ternyata jauh lebih menakutkan

Nganggur itu lebih gak enak
Mungkin para mahasiswa sangat ingin segera lulus cepat atau setidaknya lulus tepat waktu. Tapi ingat, ada status yang kemungkinan akan menunggu saat kita lulus, yaitu status pengangguran.
Status ini paling serem, apalagi kalau kita adalah lulusan PTN berkualitas, dan setelah lulus kita tidak bisa langsung mendapatkan pekerjaan, alias pengangguran. Meskipun status ini sementara, tapi ini sangat mengerikan. Status ini bisa bikin kita putus asa, minder, dan takut keluar rumah demi menghindari pertanyaaan-pertanyaan yang nyerempet ke pekerjaan.
Tetangga: “Kuliahnya udah lulus, Dek?”
Kamu: “Sudah Pak, Alhamdulillah.”
Tetangga: “Sekarang kerja dimana?”
Kamu: “Ini masih nyari-nyari lowongan kerja, Pak.”
Tetangga: “Lho, belum dapet kerja? Padahal lulusan universitas bagus lho!”
Kamu: “Iya Pak. Belum rezekinya Pak..” *Pulang ke rumah lari-lari sambil nangis.

Orang-orang (terutama yang sudah berumur) kebanyakan menganggap bahwa lulusan perguruan tinggi pasti gampang mencari pekerjaan dan dijamin gak nganggur. Mungkin ini dikarenakan pada zaman mereka masih muda, seorang sarjana itu punya banyak kesempatan bekerja. Tapi, sayangnya itu sudah nggak berlaku lagi di zaman sekarang. Sekarang cari kerja itu nggak segampang yang mereka pikirkan.

4. Saat kamu sudah bekerja, kamu mulai menyadari bahwa status mahasiswa itu ternyata membawamu pada hidup penuh kemudahan dan keistimewaan

Mahasiswa punya banyak kesempatan untuk besiswa atau study exchange ke luar negeri
Meskipun dulu pengen cepet cepet lulus dan meninggalkan status mahasiswanya, tapi gak bisa dipungkiri kalau banyak sekali orang yang udah kerja ingin mengulang masa-masa kuliahnya lagi. Banyak sekali keistimewaan yang didapat saat menyandang status mahasiswa jika dibandingin dengan orang yang udah kerja.
Mau jalan-jalan ke luar negeri aja tinggal ngajuin proposal dengan alasan conference,udah bisa jalan-jalan ke luar negeri. Atau banyak kesempatan untuk ikut beasiswa kuliah di luar negeri. Beda dengan orang yang udah kerja. Gak semua pekerja bisa ngajuin proposal buat study banding atau jalan-jalan. Kalau mau dari dana sendiri, pasti harus nabung bertahun-tahun untuk bisa jalan-jalan ke luar negeri, dan itu pun lama.
Selain kemudahan dalam berbagai hal, status mahasiswa juga tidak terlalu sibuk dibanding orang yang udah kerja. Gimana enggak, tiap habis ujian, pasti ada libur panjang. Kalau udah kerja, mana ada jatah libur sampai sebulan. Bisa dapet jatah cuti pun kalau udah setahun kerja, dan itu pun cuma 12 hari!

5. Kamu pun baru menyadari betapa saktinya KTM-mu dulu. Sayangnya, kamu tak lagi bisa merasakan keajaiban dari kartu itu setelah bekerja

betapa saktinya KTM
Setelah kerja semuanya seakan menjadi mahal, padahal nyatanya bukan semata-mata karena harga bahan pokok naik, tapi karena status kita yang sudah bukan lagi sebagai mahasiswa.
Status mahasiswa itu sangat istimewa sekali, apa-apa dapat diskon. Naik travel ada harga khusus mahasiswa, mau main-main ke Dufan atau Trans Studio, ada potongan harga bagi mahasiswa, di beberpaa restauran atau kafe mahal juga menyediakan harga murah bagi mahasiswa selama menunjukkan kartu mahasiswanya.
KTM menjadi senjata ampuh buat mendapatkan beraneka ragam diskon. KTM sungguh sangat berharga untuk mendapatkan fasilitas-fasilitas yang memudahkan hidup mahasiswa. Beda cerita dengan para pekerja. Nggak ada ceritanya harga khusus atau potongan harga untuk pekerja.

6. Setelah bekerja, kamu mulai rindu dengan kebebasan dan kesempatan untuk berkreativitas dan mengembangkan diri seperti di masa kuliah. Kamu rindu dengan status mahasiswamu!


Ketika kita menjadi mahasiswa tentu kita bukan cuma disibukkan dengan tugas kuliah yang banyak, tapi ketika menjadi mahasiswa sebagai ajang untuk mengembangkan diri kita di organisasi yang ada di kuliahan. Beda dengan orang yang sudah kerja tentu kesibukannya sudah beda dan sangat sulit untuk dapat mengembangkan diri sebagaimana selagi masih menjadi mahasiswa.
Ah, status mahasiswa itu ternyata begitu enak. Ya, meskipun pasti kita disibukkan dengan tugas-tugas kuliah yang cukup banyak dan kegiatan organisasi yang menyita waktu, tapi diakui atau tidak kita sangat merindukan menjadi seorang mahasiswa kembali. Kebebasan berkreatifitas tanpa batas, cuma bisa kita lakukan ketika kita menjadi seorang mahasiswa.
Tapi ini lah hidup teman. Kita harus senantiasa menjadi orang yang terus berkembang dan move on untuk kehidupan kita yang lebih baik ke depannya. Menyandang status baru sebagai seorang pekerja bisa memberikan kita kesempatan dan pengalaman baru untuk memberikan kontribusi lebih pada diri sendiri maupun orang banyak.
“Bahwa hidup itu mirip dengan jenjang sekolah. Ada pelajaran sulitnya, ada pelajaran menyenangkannya. Ada guru baru/berbeda di tiap kelasnya. Ada tes dan ujiannya. Serta tentu saja ada perubahan materi pelajaran tiap semesternya.”

Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki peringkat pertama di dunia? Jawabnya adalah: Finlandia. Kualitas pendidikan di negara dengan ibukota Helsinki tersebut,memang luar biasa sehingga membuat iri semua guru di seluruh dunia.
Peringkat satu dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA, mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi juga unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental. Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas! Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi negara dengan kualitas pendidikan nomor satu dunia?
Finlandia tidaklah mengenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelah Finnlandia, yang siswanya menghabiskan 50 jam per minggu.
Lalu apa kuncinya?
Ternyata kuncinya terletak pada kualitas guru!
Guru-guru Finlandia boleh adalah guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah terlalu besar. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima. Tingkat persaingan lebih ketat dibandingkan masuk ke fakultas bergengsi lain seperti fakultas hukum atau kedokteran! Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya hanya memiliki kualitas seadanya dan merupakan hasil didikan perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula.
Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan pelatihan guru yang berkualitas, tak salah jika mereka menjadi guru-guru dengan kualitas luarbiasa. Dengan kualifikasi dan kompetensi tersebut mereka bebas untuk menggunakan metode kelas apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan test itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak test membuat guru cenderung mengajar siswa hanya untuk lolos ujian, ungkap seorang guru di Finlandia. Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian. Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK! Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia. Kalau siswa bertanggungjawab, mereka guru bekeja lebih bebas karena tidak harus selalu mengontrol mereka. Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Kita tidak belajar apa-apa kalau kita hanya menuliskan apa yang dikatakan oleh guru.
best-education
Di Finlandia guru tidak mengajar dengan metode ceramah. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan. Siswa yang lambat mendapat dukungan secara intensif baik oleh guru maupun siswa lain. Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaannya antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk.
Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar danprilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.
Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan  membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya.
Kehebatan dan keberhasilan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi. Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, kata seorang guru, maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya!
Itu benar-benar ucapan guru yang sangat bertanggungjawab.